Oleh: Ibnu Yakub
Sebagian orang yang hobi dengan teori konspirasi menduga bahwa Daulah
Khilafah Islamiyyah/Islamic State (IS/ISIS) yang baru berdiri ini
adalah buatan Amerika Serikat (AS). Mereka menduga seperti itu dengan
dalih:
1. Siapa yang mendanai dan memberi persenjataan Daulah Islam, mengapa mereka bisa sekuat dan setangguh itu?
2. Mengapa Amerika Serikat mendiamkan deklarasi Khilafah, dan tidak segera menghancurkannya?
3. Mengapa Daulah Islam justru memerangi rezim Syi’ah dan tidak memerangi Zionis Israel?
4. Adanya dokumen bocor dari mantan intelijen AS, yaitu Edward
Snowden yang mengatakan bahwa AS akan membentuk sebuah Negara Islam
Sunni yang akan diakui di Iraq.
5. Perkataan mantan Menteri Luar Negeri AS, yaitu Hillary Clinton
yang mengatakan bahwa ada pertemuan negara-negara barat yang bersepakat
untuk mendirikan Negara Islam Sunni di Iraq.
Maka inilah jawabannya :
1. Sesungguhnya senjata yang didapat oleh Daulah Islam memang
kebanyakan dari AS, tapi bukan dengan cara mengemis. Melainkan melalui
jihad yang dengannya banyak pasukan AS dan antek-anteknya kalah,
sehingga Daulah Islam mendapatkan harta rampasan perang (ghanimah)
berupa persenjataan. Pemerintahan boneka Iraq dan Komunis Kurdi, sudah
bukan rahasia lagi mereka mendapatkan bantuan persenjataan yang sangat
banyak dari AS. Namun mental mereka ini pengecut dan kebanyakan memilih
lari daripada berhadapan dengan singa-singa mujahidin Daulah Islam. Hal
ini dicontohkan dari penaklukan kota Mosul yang hanya dengan pasukan
kurang dari 1.000 mujahidin dapat membuat 30.000 pasukan rezim boneka
Syi’ah Iraq yang lari terbirit-birit meninggalkan persenjataan lengkap
di gudang mereka.
Daulah Islam bukanlah kumpulan orang primitif yang buta teknologi,
sebagian mereka adalah ilmuan-ilmuan dan profesor. Mereka mampu membuat
persenjataan yang dengannya musuh dibuat terkaget-kaget. Salah satunya
adalah bom IED, yang menjadi prestasi Daulah Islam, yang dengannya tidak
ada tank yang selamat jika terkena bom ini. Kekuatan sesungguhnya
bukanlah terletak pada senjata, melainkan mental. Mental mujahidin
Daulah Islam tidak akan terkalahkan oleh mental pasukan bayaran yang
mengharap hidup dari menjadi tentara (cari makan), sementara mujahidin
Daulah Islam justru mencari mati agar menjadi bagian dari syuhada’.
Inilah sebenarnya rahasia kekuatan Islam sejak zaman Nabi Muhammadshallallahu ‘alaihi wa sallam hingga hari kiamat.
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata : “Sesungguhnya Allah memuliakan kita dengan Islam. Bagaimanapun kita mencari kemuliaan dengan selain Islam, maka Allah (justru) akan menjadikan kita hina”.
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata : “Sesungguhnya Allah memuliakan kita dengan Islam. Bagaimanapun kita mencari kemuliaan dengan selain Islam, maka Allah (justru) akan menjadikan kita hina”.
2. Mengapa AS mendiamkan? Sesungguhnya AS tidak akan bisa
berlama-lama pura-pura tidak khawatir dengan tegaknya Khilafah.
Sesungguhnya AS sudah merasakan pahitnya bertempur dengan mujahidin
Daulah Islam ketika masa pendudukan Iraq. Terbukti, setelah bertempur
bertahun-tahun melawan Daulah Islam Iraq, AS gagal memenangkan
pertempuran. Puluhan ribu nyawa pasukan AS melayang bersamaan dengan
bangkai-bangkai Tank dan Heli yang mereka banggakan. Rakyat AS pun
menyalahkan presiden mereka saat itu, yaitu Bush dan mengecam kebijakan
perang Iraq tersebut karena perang ini menimbulkan kerugian luar biasa
bagi AS.
Kemudian rakyat AS pada pemilihan presiden lebih memilih Barrack
Obama yang menjanjikan menarik pasukan AS dari Iraq. Itulah mengapa AS
yang memiliki trauma, tidak berani menerjunkan pasukan kembali ke Iraq.
Obama barangkali tidak mau menjilat ludah, alias mengingkari janji pada
rakyatnya. Namun bagai buah simalakama, AS tetap tidak bisa menahan
diri. Tidak berselang lama setelah Khilafah didirikan, AS memulai perang
dengan cara memberi persenjataan kepada militan Syi’ah, FSA
(pemberontak suriah sekuler) dan Komunis Kurdi untuk memerangi Khilafah.
Namun dada AS kembali panas ketika mengetahui bukannya pasukan
anteknya itu menang, namun semakin hari semakin kalah dan wilayah
Khilafah semakin meluas. Persenjataan dan kendaraan tempur justru jatuh
ke tangan Khilafah dan semakin memperkuat Khilafah. Maka AS pun
mengumpukan negara-negara koalisinya dan negara-negara yang penguasanya
adalah anteknya. Terbentuklah koalisi 50 negara (kemungkinan akan terus
bertambah) yang dengannya mereka sepakat berperang melawan Khilafah.
Tapi, (ada tapinya…), hanya melalui udara alias serangan pesawat
tempur. AS ternyata masih trauma jika harus menerjunkan pasukan
daratnya. Dada koalisi AS dan 50 negara itu kembali sesak setelah
mengetahui bahwa pasukan udara sama sekali tidak menghambat pergerakan
mujahidin Khilafah, justru AS kembali rugi ratusan juta dolar karena
operasi serangan pesawat tempur sangat mahal. AS sudah mengeluarkan
rudal tercanggihnya yaitu Tomahawk, namun mujahidin Khilafah bukan
pasukan culun, mereka bisa beradaptasi sehingga tidak terdeteksi oleh
pesawat canggih itu. Sampai kini, AS masih malu-malu untuk memilih opsi
serangan darat, namun itulah satu-satunya pilihan mereka.
Khilafah diharapkan oleh mereka (koalisi AS) akan hancur dengan
serangan darat, sebagaimana hancurnya rezim Saddam Hussein. Tapi demi
Allah, turunnya pasukan koalisi AS itu sangat diharapkan oleh Khilafah,
karena dengannya Khilafah akan menunjukkan “kekuatan yang sebenarnya”.
Bagaimana mungkin bisa koalisi AS memenangkan pertempuran darat?! yang
mana dulu saja, saat mujahidin beranggotakan ribuan dan kekuatan apa
adanya, namun AS kalah telak. Sementara saat ini Daulah Islam jauh lebih
kuat, pasukannya sudah berjumlah sekitar 100.000 mujahidin ditambah
dukungan jutaan rakyatnya, persenjataan semakin canggih, dan dukungan
tanpa henti dari seluruh dunia yang terus pergi berhijrah ke wilayah
Khilafah untuk berperang bersamanya. Bahkan setelah dideklarasikannya
Khilafah, banyak kelompok-kelompok mujahidin dari seluruh dunia
bersumpah setia (baiat) kepada Khalifah Abu Bakar Al-Baghdadi.
Jika akhirnya AS memilih perang darat, maka demi Allah dada mereka
akan semakin sesak dan tidak bisa tidur melihat bangkai-bangkai pasukan
koalisi AS itu. Situasi semakin pelik, tatkala seluruh sel Daulah Islam
di seluruh dunia dibangunkan dan mememerangi kekuatan koalisi AS
dimanapun berada.
3. Mengapa Daulah Islam tidak memerangi Zionis Israel? Maka penulis
katakan bahwa orang yang mengatakan ini tidak mengerti atau pura-pura
tidak mengerti geografi. Lihatlah peta dan Anda akan melihat bahwa
keberadaan Daulah Islam terpisah dari Israel, dan ketika mau menyerang
Israel, maka Daulah Islam harus menaklukkan dulu negara-negara
tetangganya yang selama ini menjadi penjaga kepentingan Israel. Bukan
berarti Daulah Islam berdiam diri, Daulah Islam juga memiliki pasukan
yang berada di Palestina, mereka dinamakan Anshar Bayt Al-Maqdis.
Meskipun tidak sebanding dengan kekuatan Israel, namun mereka dengan
gagah berani berperang melawan Israel. Saya tentu tidak akan bertanya
pada para penuduh ini, apa yang sudah mereka lakukan untuk menghancurkan
Israel? Biarlah hal itu menjadi renungan masing-masing.
Jika kita membaca sejarah pembebasan Palestina era penguasaan pasukan
Salib, maka kita melihat bahwa Salahuddin Al-Ayyubi tidak langsung
menyerang ke pasukan Salib, namun terlebih dahulu memerangi Syi’ah?
Mengapa Syi’ah? Karena Syi’ah adalah duri dalam daging umat Islam.
Selain mereka adalah kelompok yang sesat, mereka juga kerap bekerja sama
dengan orang Kafir dalam mencapai tujuan-tujuan mereka. Sebagian kita
mungkin silau dengan opini-opini Syi’ah yang sok anti AS, sok anti
Israel, sok membela Palestina, sok kuat dan tangguh, dan sok yang
lainnya. Namun faktanya mereka adalah tentara pengecut yang takut mati.
Bahkan ketika invasi Iraq, justru Syiah Iran membantu AS, dan
pemerintahan boneka yang dibentuk AS di Iraq juga dari Syiah.
Maka diprioritaskan bagi Khilafah untuk memerangi Syiah baik di Iraq,
Suriah dan Iran dan para penguasa Arab yang saat ini menjadi
kaki-tangan AS dan Israel. Bukankah suplai bahan bakar Israel berasal
dari negara-negara Arab yang menjadi sekutunya. Setelah itu, maka
diperangi AS dan barat pada umumnya, sebab tidak akan bisa mengalahkan
Israel tanpa mengalahkan AS dan sekutunya yang merupakan penjaga Israel.
Bukan rahasia lagi bahwa suplai senjata dan dana terbesar Israel
adalah AS dan sekutunya. Jika AS dan sekutunya telah dikalahkan, maka
lebih masuk akal jika kita bisa mengalahkan Israel. Israel memang kuat,
namun kekuatannya bukan karena dirinya sendiri, melainkan pada
sekutu-sekutunya. Israel di backing oleh AS dan Eropa,
merekalah yang memberikan peralatan-peralatan tempur canggih. Israel
jelas adalah musuh utama, pada akhirnya perang akan sampai pada
pembebasan Al-Aqsha. Mengalahkan Israel mau tidak mau harus dengan
memotong bantuan persenjataan yang diberikan AS dan Eropa, menghancurkan
sekat-sekat penjaganya, dan memotong supplai bahan bakarnya.
Perhatikan hadits berikut:
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Jarir dari Abdul Malik bin Umair dari Jabir bin Samurah dari Nafi’ bin Utbah berkata: Kami bersama Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu peperangan. Ia berkata: Suatu kaum mendatangi Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam dari maghrib, mereka mengenakan baju wool, mereka menemui beliau didekat suatu bukit. Mereka berdiri sementara Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Ia (Nafi’) berkata: Hatiku berkata: Datangilah mereka dan berdirilah diantara mereka dan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam agar mereka tidak menyerang beliau lalu aku berkata: Mungkin beliau berbicara lirih dengan mereka. Aku mendatangi mereka lalu aku berdiri diantara mereka dan beliau. Aku menghafal empat kalimat dari beliau, aku menghitungnya dengan tanganku. Beliau bersabda: “Kalian akan memerangi Jazirah Arab lalu Allah menaklukkannya, setelah itu Persia lalu Allah menaklukkannya, kemudian kalian memerangi Romawi lalu Allah menaklukkannya, selanjutnya kalian memerangi Dajjal lalu Allah menaklukkannya.” Kemudian Nafi’ berkata: Hai Jabir, kami tidak berpendapat Dajjal muncul hingga Romawi ditaklukkan”. (HR Muslim, no. 5161).
“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Jarir dari Abdul Malik bin Umair dari Jabir bin Samurah dari Nafi’ bin Utbah berkata: Kami bersama Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam dalam suatu peperangan. Ia berkata: Suatu kaum mendatangi Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam dari maghrib, mereka mengenakan baju wool, mereka menemui beliau didekat suatu bukit. Mereka berdiri sementara Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Ia (Nafi’) berkata: Hatiku berkata: Datangilah mereka dan berdirilah diantara mereka dan Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam agar mereka tidak menyerang beliau lalu aku berkata: Mungkin beliau berbicara lirih dengan mereka. Aku mendatangi mereka lalu aku berdiri diantara mereka dan beliau. Aku menghafal empat kalimat dari beliau, aku menghitungnya dengan tanganku. Beliau bersabda: “Kalian akan memerangi Jazirah Arab lalu Allah menaklukkannya, setelah itu Persia lalu Allah menaklukkannya, kemudian kalian memerangi Romawi lalu Allah menaklukkannya, selanjutnya kalian memerangi Dajjal lalu Allah menaklukkannya.” Kemudian Nafi’ berkata: Hai Jabir, kami tidak berpendapat Dajjal muncul hingga Romawi ditaklukkan”. (HR Muslim, no. 5161).
4 dan 5. Sedangkan mengenai tuduhan Snowden dan Hillary Clinton, jika
penuduh ini beragama Islam, maka penulis layak untuk mempertanyakan
keimanannya pada Al-Qur’an. Bukankah telah tertulis didalamnya:
{“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”} (QS. Al-Hujurat 49 : 6).
{“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”} (QS. Al-Hujurat 49 : 6).
Jika dalam ayat diatas, kita diwajibkan untuk mengecek kembali berita
dari orang fasik (orang Muslim yang gemar bermaksiat), apalagi dari
orang Kafir. Kafir bukan sembarang Kafir, tapi Kafir Muhariban Fi’lan!
Alias Kafir yang memerangi kaum Muslimin secara nyata. Bagaimana mungkin
mereka bisa kita percaya?
Sementara penuduh malah tidak percaya pada saudaranya sendiri (Daulah Islam)?
Tuduhan bahwa Daulah Islam adalah buatan AS, mungkin bisa dipercayai
anak kemarin sore yang culun atau buta terhadap perkembangan dunia jihad
Iraq. Apalagi jika dalam dada orang itu terdapat dengki pada Daulah
Islam, maka berita bohong pun akan dijadikan pegangan dalam menikam
Daulah Islam. Bukankah perang Iraq sudah berlangsung sejak 2003? Ketika
AS membunuhi satu juta umat Islam, menyiksa kaum Muslimin di penjara
Guantanamo, memperkosa wanita-wanitanya, bahkan menyodomi ikhwan-ikhwan
kita, siapa yang bangkit membela mereka?
Siapa yang bangkit melawan Koalisi AS?
Siapa lagi kalau bukan pasukan Abu Mush’ab Az-Zarqawi (sang pelopor
terbentuknya Daulah Islam). Wahai penuduh, anda dimana saat itu?
Mujahidin Daulah Islam telah berperang nyata bertahun-tahun dengan AS,
dan kini bisa-bisanya ada tuduhan bahwa Daulah Islam dibentuk AS.
Sungguh tuduhan ini pasti tertolak bagi mereka yang memiliki akal.
Namun, baiklah penulis akan coba jawab. AS memang hendak memecah Iraq
menjadi tiga bagian, yaitu negara Syi’ah Iraq, negara Kurdi / Kurdistan
dan Negara Islam Sunni / Sunnistan. Rencana ini dibuat agar meredakan
konflik Sunni-Syi’ah dan mengabulkan permohonan merdeka Kurdi, dengan
begitu AS akan lebih bebas menjarah kekayaan alam Iraq. AS hendak
membentuk pemerintah masing-masing negara tersebut yang tunduk dibawah
kepentingan AS, dan dengan begitu juga rakyat diharapkan puas dengan
pemerintahan-pemerintahan itu karena anggapan bahwa itu mewakili
aspirasi mereka.
Namun rencana AS ini GATOT, alias gagal total! Siapa yang
menggagalkannya? Siapa lagi kalau bukan Daulah Islam. Daulah Islam terus
bergerak aktif menaklukkan semua wilayah Iraq dan Suriah, dan akan
terus meluas lagi. Tidak ada Kurdistan, tidak ada Republik Iraq, tidak
ada Sunnistan, semuanya dicaplok oleh Daulah Islam. AS jelas tidak
terima rencananya gagal, dan itu terbukti hari ini AS rela
menggelontorkan ratusan juta dolar uang rakyatnya untuk memerangi Daulah
Islam.[Man]
Wallahu a’lam..
Wallahu a’lam..
sumber:
https://daulahislamiyahbaqiyyah.wordpress.com/2015/11/24/benarkah-daulah-islam-bentukan-amerika/